"Pohon Kurma Kering & Embun".
Pernah ada sebuah
padang yg amat gersang. Bulir pasirnya begitu merah nanar. Belum pernah
ada buliran hujan sanggup sekejap saja membasahinya. Hanya sebatang
kurma kering dengan 3 buahnya yang kering keriput. Mendayu saat angin
menerpanya dan menunduk saat mentari membakarnya. Oh, begitu tandus
tanah ini bahkan akarnya pun terasa sakit dan melepuh. Mungkinkah pohon
kurma itu meneduhkan diri, oh tak mungkin.
Hingga suatu
hari saat mendung namun terik terasa hawanya, tertampak sebulir embun
yang tersesat di daun keringnya. Pohon kurma hanya menatap tajam,
mimpikah ini? Tapi tidak, embun itu tersenyum menyapanya. Seketika
terasa kesejukan yang amat berbeda.
"mengapa kau hingga di daun rapuhku?"
"entahlah . . ."
"apa kau mau mendengar kisahku dan padang tandus ini?"
"ya, mengapa tidak. Aku pun tak seperti yang terlihat"
Hingga siang menjadi malam tak dirasakan. Hanya canda tawa mereka rasakan. Hingga suatu ketika,
"hai embun mengapa kau bersedih?"
"aku bingung, aku kalut. Masa laluku akan datang lagi?"
"apa dia, begitu penting?"
"dulu iya, tapi kini hatiku akan tertutup krn sakit yg dia beri"
"lupakanlah embun . . ."
"tak sadarkah kau, daun keringku perlahan menghijau. Ya, saat kau berada disini"
Duka
larapun seakan membias bagai cahaya redup, pohon kurma itu perlahan
menghijau. Dan embun itu bagai penyejuk dan pelipur lara.
"apakah kau akan selalu bersamaku, wahai embun?"
"semoga illahi, mengatur yg terindah buat kita"
Dan merekapun berdendang dalam alunan sendu dan ceria.
"terima kasih embun, kau amat menyejukkan. Oh, andai kau tahu"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar